Allah SWT. berfirman:
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka mentadabburi (memperhatikan) ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. (QS. Shad [38]: 29).
Dalam tafsirnya tentang ayat ini, al-Sa’di menjelaskan bahwa dalam al-Qur`an ini terdapat kebaikan dan ilmu yang sangat banyak. Di dalamnya terdapat petunjuk dari kesesatan, obat dari penyakit, cahaya untuk menerangi kegelapan, setiap hukum yang diperlukan manusia dan dalil yang tegas tentang segala yang diinginkan sehingga menjadikannya semulia-mulia kitab yang diturunkan Allah SWT.
Selanjutnya beliau menjelaskan bahwa hikmah diturunkannya al-Qur`an ini adalah agar manusia mentadabburi ayat-ayatnya, menggali ilmunya dan merenungkan rahasia dan hikmah-hikmahnya. Hanya dengan mentadabburi ayat-ayatnya, merenungkan maknanya serta memikirkannya secara terus menerus seseorang akan mendapatkan berkah dan kebaikan yang ada dalam al-Qur`an.
Kita harus menyadari bahwa al-Qur`an itu adalah kitab yang penuh berkah dan mengandung mutiara-mutiara yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Tetapi untuk dapat meriah mutiara dalam al-Qur`an itu hanya dapat dilakukan dengan cara mentadabburinya. Karena tadabbur itulah cara berinteraksi dengan al-Qur`an yang diinginkan oleh al-Qur`an sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Orang yang ingin meraih mutiara al-Qur`an, tapi tidak mau mentadabburi ayat-ayatnya maka ia ibarat orang yang ingin mendapatkan mutiara dari dasar lautan, tetapi ia hanya berdiri di tepi pantai menikmati pasir putih, debur ombak, terbit dan tenggelamnya matahari. Kalau itu yang ia lakukan tentu ia tidak akan pernah sampai kapanpun mendapatkan mutiara yang ia inginkan.
Secara bahasa tadabbur berarti melihat dan memperhatikan kesudahan segala urusan dan bagaimana akhirnya. al-Alusi dalam tafsirnya Ruh al-Ma’ani menjelaskan bahwa pada dasarnya tadabbur itu berarti memikirkan secara mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya.
Ibnu al-Qayyim juga menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan mentadabburi suatu perkataan adalah melihat dan memperhatikan perkataan itu dari awal dan akhir perkataan kemudian mengulang-ngulangi hal itu.
Dapat juga dikatakan bahwa tadabbur adalah proses berfikir mendalam dan menyeluruh yang dapat menghubungkan ke pesan paling akhir sebuah perkataan, dan mencapai tujuan maknanya yang terjauh.
Adapun yang dimaksud dengan tadabbur al-Qur`an adalah menggunakan ketajaman mata hati lewat proses perenungan mendalam secara berulang-ulang agar dapat menangkap pesan-pesan al-Qur’an yang terdalam dan mencapai tujuan maknanya yang terjauh.
Ibnu al-Qayimm dalam kitabnya al-Fawaid mengatakan, “Jika engkau ingin mengambil manfaat dari al-Qur`an maka pusatkanlah hatimu ketika membaca dan mendengarkannya, fokuskanlah pendengaranmu dan hadirlah seperti seseorang yang sedang diajak bicara oleh Allah SWT. dengan al-Qur`an itu karena ia merupakan perkataan Allah SWT. kepadamu melalui lisan Rasul-Nya.
Dan tadabbur al-Qur`an itu haruslah mengandung tujuan untuk mengambil manfaat dan mengikuti apa yang terkandung dalam al-Qur`an itu karena tujuan dari membaca dan mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an itu adalah untuk mengamalkan dan berpegang pada isi kandungannya.
Syaikh Abdurrahman Habannakah menegaskan bahwa tujuan tadabbur bukanlah sekedar kemewahan ilmu, atau bangga dengan pencapaian pengetahuan, atau mampu untuk mengungkapkan makna untuk disombongkan, tetapi tujuan dari pemahaman itu adalah untuk mengingatkan dan mendapat pelajaran serta beramal sesuai dengan ilmu yang didapat, dan pelajaran inilah yang dimaksud dalam ayat yang tidak akan didapat kecuali oleh ulul albab (orang-orang yang mempunyai fikiran).
Ibnu taimiyyah mengatakan, “Barangsiapa yang mentadabburi al-Qur`an demi untuk mendapatkan pentunjuk darinya, maka akan jelas baginya jalan kebenaran”.
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menyebutkan perkataan Hasan al-Basri tentang ayat ini, dimana beliau menegaskan, “Demi Allah! Tadabbur al-Qur`an itu bukanlah dengan menghafal huruf-hurufnya, tetapi mengabaikan batasan-batasan hukumnya, sehingga ada yang mengatakan, “Aku telah membaca al-Qur`an seluruhnya, namun al-Qur`an itu tidak nampak dalam akhlak dan amal perbuatannya.
Disamping untuk meraih mutiara-mutiara hikmah yang terkandung dalam al-Qur`an untuk kita amalkan dan kita jadikan sebagai pegangan dalam kehidupan. ada dua manfaat lain dari tadabbur al-Qur`an ini. Pertama, agar dapat merasakan bahwa al-Qur`an adalah sungguh-sungguh berasal dari Allah SWT. dan tidak menemukan kontradiksi antara al-Qur`an dengan hatinya, antara al-Qur`an dengan kenyataan dan antara satu ayat dalam al-Qur`an dengan ayat lainnya. Allah SWT. berfirman:
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ اللَّـهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا
Maka apakah mereka tidak mentadabburi (memperhatikan) Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya. (QS. al-Nisa` [4]: 82).
Kedua, tadabbur al-Qur`an dapat membuka qalbu yang terkunci, karena qalbu adalah alat paling utama untuk menangkap pesan-pesan al-Qurán.
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
Maka apakah mereka tidak mentadabburi (memperhatikan) Al Quran ataukah hati mereka terkunci? (QS. Muhammad [47]: 24).
Semoga kita dapat menggunakan waktu kita dengan sebaik-baiknya untuk memperbanyak mentadabburi ayat-ayat al-Qur`an agar kita mendapatkan mutiara-mutiara yang terkandung dalam al-Qur`an dengan tujuan untuk kita amalkan dan kita jadikan sebagai petunjuk atau pelita untuk menerangi jalan kehidupan kita amienn..
Wallahu a’lam bish shawab..
0 komentar: